Monday, July 16, 2012

Noda hitam di kertas putih

     Di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga bersama anak tunggal mereka. Karena anak semata wayang, si anak cenderung manja dan kurang mandiri. orang tuanya sering menasehati kebiasaan yang kurang baik itu. Terutama kebiasaannya menyalahkan orang lain, entah kawan, atau bahkan orang tuanya sendiri. Anak itu selalu padai mencari-cari dan menunjukkan kesalahan orang lain, bahkan kadang hanya bertujuan untuk mempermalukan orang yang berbuat salah walopun tanpa sengaja. 
     Suatu hari karena kurang hati-hati, anak tersebut terjatuh. Dia segera berteriak kepada ayahnya, "Aduh, ayah sih meletakkan ember di sembarang tempat! aku jadi jatuh, sakit nih." Ayahnya menolog sambil berkata, "bukan salah ayah atau embernya, ember itu setiap hari berada di tempatnya, tetapi kamu yang tidak berhati-hati berjalan sehingga terpeleset dan terjatuh. Dengan bersungut-sungut si anak pergi begitu saja.
    Pada suatu ketika si anak berjalan-jalan di pinggir hutan. di tengah hutan, matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya."wah madu lebah itu pasti enak dan menyehatkan badan. aku akan usir lebah-lebah itu dan mengambil madunya." Maka, iapun mengambil sebatang bambu dan mulai menyodok sarang lebah dengan keras ribuan lebah merasa terusik dan berbalik menyerang si anak. Melihat binatang kecil yang begitu banyak berterbangan ke arahnya, segera ia berlari terbirit-birit. Dan lebah yang marahpun mengejar dan mulai menyengat.
     "Aduh . . tolong . . tolong, " anak itu berusaha lari dan menghindar. Ketika tiba di tepi sungai, segera ia menceburkan disana. Tak lama kemudian, lebah lebah itu meinggalkan buruannya yang basah dan kesakitan. Dari kejauhan mendengar teriakan anaknya, sang ayah bergegas berlari mendatangi untuk menolognya.
     Setibanya disana, si anak dengan muka kesal dan nada marah berkata keras kepada ayahnya, "Mengaapa ayah tidak segera menolongku? liat nih, bajuku basah kuyup kedinginan, badanku sakit terkena sengatan lebah! Seandainya ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha meyelamatkanku  sehingga aku tak perlu mengalami hal seperti ini. Semua ini salah ayah!" Ujarnya seraya mengibaskan dengan kasar tangan ayahnya yang telulur. Sang ayah yag berniat menolog menjadi berdiam kaget dan menghela napas. Merekapun berjala pulang bersama-sama sambil berdiam diri.
      Malam harinya mejelang tidur, sang ayah menghampiri anaknya sambil membawa selembar kertas putih, "Anakku apa yang kamu lihat di kertas ini?" setelah memperhatikan sejenak si anak menjawab, "itu hanya kertas putih biasa tidak ada gambar. kenapa ayah menanyakan?" tanpa menjawab ayahnya menggunakan sebuah bulpoin untuk membuat titik hitam di kertas putih itu. "apa yang kamu lihat di kertas putih ini?"


     Ada gambar titik hitam di kertas putih itu! jawab si anak keheranan. "Anakku mengapa engkau hanya melihat satu titik hitam pada kertas putih ini? padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Ketahuilah anakku kertas putih ini sama seperti cara memandangmu. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan ayah maupun kesalahan orang lain, padahal masih begitu banyak hal-hal baik telah ayah dan orang lain lakukan kepadamu. Semua kebaikan orang lain, seberapa besar pun seakan-akan tidak ada artinya, sebab engkau hanya melihat dan memperhatikan noda hitam itu, yakni kesalahan orang lain, yang walau sekecil apapun menjadikanmu marah-marah dan tidak senang hati. Sikapmu tidak terpuji dan harus di ubah! kesialan yang datang padamu karena ketidak hati-hatianmu, jangan kau limpahkan kepada orang lain. Apakah kamu mengerti?" sambil menundukan kepala si anak mengangguk dan menjawab lirih, Maafkan ananda yah. Ananda salah selama ini. Tolong ingatkan bila ananda masih melakukan hal yang sama.
     
     Pembaca yang bijak,
     Pepatah mengatakan, "Gajah di pelupuk mata tidak nampak, semut di seberang lautan kelihatan." Kalo setiap masalah yang timbul kita bisa melihat kelemahan kita dahulu, bukan kesalahan orang lain, maka sikap positif itu akan memudahkan kita setiap problem yang muncul. Kita akan mengoreksi kesalahan dan sekaligus mengembangkan kekayaaan mental kita demi kemajuan diri.
     Sebaliknya kebaikan orang lain, sekecil apapun, janganlah tidak berarti di mata kita. Apalagi kebaikan orang tua sendiri. Titik hitam yang tergores, apa lagi bila tidak sengaja, tidak berarti menghilangkan lembaran luas di kertas putih yang berupa semua kebaikan yang sudah di lakukan untuk kita.
      Mari kita koreksi diri kita sendiri, sebelum menyalahkan orang lain. Lihat benar-benar dari manakah sumber sebuah masalah, jangan buru-buru menyalahkan orang lain dan mencari kambing hitam. Sebab, dengan mau mencari tahu kesalahan kelemahan diri sendiri, maka kita siap untuk belajar dan memperbaiki kesalahan yang ada. Dengan sikap mental positif yang sudah terbangun, tentu ini merupakan modal untuk kita menciptakan kesuksessan hidup yang lebih baik.

oleh Andrie Wongso-Motivator no.1

No comments: