Sejak saat itu aku mulai bersih teguh ingin mengajar anak-anak pelajaran yang kiranya saya bisa dan saya kuasai. Memang pernah gagal namun bukan penggagal yang menularkan kegagalannya namun keberhasilan pada prosesnya agar tidak gagal. Untuk itu aku mulai mengajar pertama di tawari pertemuan dengan tarif 15rb secara les privat, namun aku tak mengenal nilai rupiah tapi ilmu yang aku bagikan bisa bermanfaat dan bisa di cerna oleh anak-anak. Bahkan sampai kepikiran bagaimana menjawab pertanyaan anak itu sewaktu bertanya sedangkan saya sempat lupa materinya. Memang saya pernah di bayar untuk les privat namun saya juga rela untuk tidak di bayar dengan uang asalkan anak yang saya ajarkan senang dan bisa menangkap materinya, itu harapan saya.
Sejak itu bergilirnya waktu, saya beniat untuk membuat organisasi berbasis sosial dan pendidikan. Entah dari mana dan atas dasar apa awal terfikir ingin memberikan kontribusi nyata kepada anak-anak lewat pendidikannya. Lantas aku mengajar satu temanku untuk mengajar bahasa inggris, aku sendiri mengajar matematika, lalu temanku mengajak dua temannya yang bisa mata pelajaran matematika pula, saat itu mulai tambah dan berkurang relawan yang saya ajak.
Memang dalam dunia pendidikan terutama anak-anak yang membutuhkan pendidikan ekstra yang mana nilai dan kretifitas harus di pertahankan. Sejak itulah awal bulan April 2011 saya merintis organisasi sosial yang belum berbadan. Namanya HIMPS (Himpunan Mahasiswa Peduli Sosial), saya mencari relawan yang berbasis mahasiswa agar bisa menyebarkan ilmunya secara sukarela dan mau tidak di bayar dengan uang. Dengan memberikan tambahan materi baik dari pelajaran matematika dan bahasa inggris, maupun dari segi kreatifitas dan kemauan untuk belajar. Mereka sederhana, namun dorongan belajar untuk datang ke tempat belajar sangat kuat terlebih mendapatkan ilmu. Pendidikan secara outdoor dan indoor yang kami ajarkan selain belajar di dalam ruangan juga belajar di luar ruangan seperti Outbond agar mengasah ketangkasan anak.
Sampai berbulan-bulan dan setahun sudah akhirnya bisa membangun organisasi yang berbadan di UNDIP, FISIP. Hal ini tak lepas dari peran teman-teman yang membantu anak untuk berfikir, berkreatifitas dan mendapatkan pengalaman, bahkan mereka yang kami ajar sangat bersemangat dan paling bangga ketika mereka lulus dan naik kelas hal ini terbukti kita bisa di percaya oleh mereka dan orang tua mereka, walopun kekurangan setidaknya mereka sudah memberikan hal yang terbaik untuk orang tuanya. saya dan teman-teman berharap mereka tidak melenceng ke arah negatif dari pendidikan yang sesungguhnya dan tidak mengikuti jejak anak jalanan.
Bagi saya ilmu yang di simpan hingga bertahun-tahun namun tidak di tularkan apalah artinya. Ing ngangso suntulodho ing madya mangun karso tutwuri handayani. Terimakasih guru, orang tua, kawan dan allah yang selalu menuntunku hingga saat ini.